Kumpulan Anekdot : Kisah-Kisah Kebijaksanaan China Klasik
Empat Kali Tujuh
“Empat kali tujuh adalah dua puluh delapan,” Kata seorang pria.
“Empat kali tujuh adalah dua puluh tujuh,” kata seorang yang lain. Dua
orang itu bertengkar sampai menjadi jengkel lalu berkelahi, dan dibawa
menemui hakim setempat yang memerintahkan agar orang pertama dipenjara.
Orang itu berteriak memperotes. “Kamu sangat bodoh” kata hakim itu
dengan tenangnya, “sampai bertengkar dengan seseorang yang dengan
tololnya mengatakan bahwa empat kali tujuh adalah dua puluh tujuh.
Bukankah kamu yang seharusnya dihukum?” Orang itu akhirnya mengangguk
setuju dan mengakui bahwa hakim benar.(Sumber : Kisah-Kisah Kebijaksanaan China Klasik, Refleksi bagi Para Pemimpin karya Michael C Tang)
Seratus Ungkapan Semanis Madu
Setelah lulus dari ujian negara di Beijing, seorang pria muda ditunjuk sebagai pejabat pemerintahan ibu kota propinsi. Dia pergi untuk mengucapkan selamat tinggal kepada mentor-nya, seorang menteri pemerintahan senior. “Bekerja di lokasi propinsi seperti itu tidaklah mudah. Kamu harus berhati-hati.”
“Baiklah. Terima kasih bapak,” kata anak muda itu. “Mohon jangan khawatir. Saya telah menyiapkan seratus ungkapan semanis madu di benak saya. Kalau nanti saya bertemu dengan pejabat disana, saya akan menggunakannya. Dia pasti akan senang.”
“Bagaimana kamu dapat melakukan hal itu?” tanya mentor itu dengan tidak senang. Kita adalah pria sejati. Kita mempunyai prinsip. Kita seharusnya tidak menggunakan sanjungan.”Sang murid menjawab, “Sayangnya, pada kenyataannya kebanyakan orang senang disanjung. Hanya beberapa pria yang benar-benar sejati seperti Anda yang tidak menyukai sanjungan” “Mungkin kamu benar,” mentornya mengangguk sambil tersenyum. Kemudian pria ini menceritakan cerita ini kepada temannya, “Saya sudah menggunakan satu dari persedianku. Sekarang saya memiliki sembilan puluh sembilan ungkapan yang tersisa.”
(Sumber : Kisah-Kisah Kebijaksanaan China Klasik, Refleksi bagi Para Pemimpin karya Michael C Tang)
Saya Datang
Pada zaman dinasti Song, ada seorang
pencuri yang terkenal dengan panggilan ‘saya datang’ di Hangzhou. Setiap
dia mencuri, dia tidak meninggalkan jejak apapun kecuali nama
julukannya di dinding rumah korbannya. Penduduk kota kesal karena rumah
mereka sering kali dimasukinya. Pencarian dilaksanakan dan akhirnya
orang tersebut berhasil tertangkap dan dibawa menghadap hakim kota
praja.
“Apakah anda mempunyai bukti bahwa dia bersalah?” tanya hakimkepada polisi.
“Tidak salah lagi yang mulia,” jawab petugas. Tetapi orang itu menyangkap tuduhan tersebut.
“Yang mulia, Anda menangkap orang yang salah”, protesnya. “Polisi sudah putus asa dan menjadikan saya kambing hitamnya.
Mereka tidak punya bukti”
Polisi memperingatkan hakim : “Kami sudah bersusah payah menangkapnya, Yang Mulia. Jika Yang Mulia melepaskannya, sangatlah sukar bagi kami untuk menangkapnya kembali.”
Meskipun tidak ada bukti, hakim memerintahkan supaya dia ditempatkan di tahanan sambil menunggu pemeriksaan lebih lanjut. Sesuai dengan adat yang berlaku, seorang tahanan harus memberi uang kepada penjaga penjara pada waktu masuk penjara.
“Saya tidak mempunyai apa-apa sekarang” kata orang tersebut pada penjaga penjara. “Mereka menangkap saya dan mengambil beberapa miliku. Tapi saya mempunyai beberapa perak di Gunung Than. Saya ingin memberikannya pada Anda. Saya menyembumyikannya di bawah bata yang pecah dalam kuil. Pergilah kesana, berpura-puralah sembahyang dan ambil perak itu.
Penjaga penjara semula tidak yakin. Tapi ternyata dia benar-benar menemukan 20 ons perak. Dia sangat senang dan mulai memperlakukan tahanan itu seperti temannya.
“Saya mempunyai bungkusan yang saya sembunyikan dibawah jembatan. Saya ingin memberikannya kepada Anda juga” kata tahanan itu beberapa hari kemudian.
“Tapi jembatan sangat ramai, bagaimana saya dapat membawa sesuatu tanpa ketahuan” Jwab penjaga.
“Bawalah beberapa pakaian, pura-puralah mencuci. Kemudian ambilah bungkusan tersebut dan sembunyikan di keranjang cucian Anda” Penjaga penjara melakukan apa yang diusulkan tahanan dan menemukan 300 ons perak dalam bungkusan itu.
Beberapa hari kemudian, tahanan memunta pertolongan pada penjaga penjara, “Saya ingin meminta pertolongan Anda. Saya ingin pulang ke rumah saya besok malam. Saya akan kembali sebelum Shubuh.”
Melihat keraguan penjaga itu, dia berkata lagi “Jangan kuatir, teman. Kenapa saya harus kabur? Polisi sudah menangkap orang yang salah dan hakim tidak dapat menuntut saya. Tidak ada bukti. Saya yakin akan dilepaskan dengan segera. Saya akan kembali dalam waktu 4 jam” Janji tahanan itu pada penjaga. Kemudian penjaga itu mengizinkan tahanan tersebut untuk pulang. Setelah beberapa jam,“Saya kembali”
“Bagus, kamu menepati janjimu” “Saya tidak mau kamu terlibat masalah karena saya. Saya meninggalkan sesuatu ditumahmu sebagai tanda penghargaan. Saya berharap saya dapat segera dibebaskan” Penjaga kurang mengerti ucapan orang itu, dan dia bergegas pulang ke rumahnya.
“Kamu kembali di saat yang tepat,” kata istrinya dengan gembira. “Saya ingin memberitahumu bahwa waktu shubuh tadi saya mendengar suara dari atap. Seseorang menjatuhkan bungkusan ke dalam rumah. Ketika saya buka, isinya emas dan perak. Surga sedang menurunkan rakhmatnya di atas kita!” Dia kembali ke penjara untuk mengucapkan terima kasih. Pada hari itu juga beberapa keluarga melaporkan pencurian pada malam sebelumnya. Di dinding tiap ruimah ada tulisan “Saya Datang”.
Ketika hakim mendengar hal ini, dia memerintahkan agar orang itu segera dibebaskan.